
Desa Pampang, Desa Budaya Dayak Kenyah
Desa Pampang
Bermula dari rasa penasaran saya ketika mendengar segmen penutup pada lagu Kuning dari Efek Rumah Kaca, sayup-sayup terdengar suara merdu, ternyata suara merdu tersebut merupakan lagu Leleng, lagu suku Dayak Kenyah yang direkam ketika ERK berkunjung kesana.
Saya pun penasaran untuk melihat langsung suku Dayak Kenyah. Minggu pagi kami bergegas menuju Samarinda, tepatnya Desa Pampang. Desa yang terkenal dengan desa budaya dan pertunjukan dari Dayak Kenyah. Kurang lebih perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam jika ditempuh perjalanan darat dari Kota Balikpapan dan hanya 25KM dari Kota Samarinda. Jika kalian dari luar Kaltim kalian dapat menggunakan pesawat dan transi di APT Pranoto International Airport Samarinda kemudian berkendara selama 20 menit untuk sampai di Desa Pampang.
Pertunjukan Budaya
Perlu diketahui showcase di Desa Budaya Pampang ini terbuka untuk umum setiap hari Minggu Jam 14:00 Wita dan tiketnya hanya Rp 20.000/orang sangat murah dibandingkan dengan harga tiket DWP maupun WTF. Waktu pun berlalu menunjukan pukul 2 siang para tamu yang tidak diundang ini telah memenuhi Lamin Adat Pemung Tawai, tempat diadakanya showcase setiap hari Minggu ini. Sembari menunggu para pengunjung yang secara pelan tapi pasti memenuhi Lamin. MC pun membawakan acara dengan sambutan dan cerita asal-usul desa Pampang. Sekitar tahun 1970an Suku Dayak Kenyah bermigrasi dari pedalaman perbatasan dengan Malaysia menuju Desa Pampang, Samarinda.
Tarian
Tidak terasa 15 menit berlalu. Pertunjukan dibuka dengan Tarian pembuka atau tarian selamat datang yang dibawakan oleh tetua suku, total jenis tarian sekitar 10 jenis. Walaupun sudah sepuh para penari terihat sangat lihai mengayunkan Mandau dalam tarianya. Kemudian sesepuh bergantian dengan anak-anak yang sangat lucu tampil ke panggung dan menari. Selesai anak-anak menari kini saatnya para gadis untuk menari diatas panggung.
Asyik menikmati tarian yang diiringi suara khas petikan dawai sontak terdengar pekikkan yang amat melengking dari belakang. Tiba-tiba pekikan diwarnai suara gemuruh para pemuda yang berlari menuju panggung, nampaknya kini giliran mereka untuk menari di tengah lamin. Mereka menari dengan gagah sembari membawa tameng dan Mandau. Setelah para pemuda selesai menari muncul lah para penari yang menggunakan topeng, mereka menari-nari hingga menjelang akhir sesi mereka muncul dua sosok penari yang menggunakan kostum.
Sesi selanjutnya Menyam Tali, dimana ditengah-tengah lamin terdapat kain berbagai macam warna.
Kain-kain tersebut melambangkan bahwa suku dan agama di Kalimantan Timur maupun Indonesia itu berbeda-beda tetapi tetap satu juga
Kain-kain itu dibuka secara perlahan kemudian diikat dengan gerakan yang indah. Para pengunjung dapat menari Bersama di sesi kali ini, nanti pengunjung akan dipandu oleh para penari yang telah ahli dalam melakukan gerakan menyam tali. Tidak hanya tarian Menyam Tali, di tarian selanjutnya pengunjung dapat ikut juga ke dalam tarian. Namun, kali ini sedikit membutuhkan ketangkasan. Gerakan tarinya adalah melompat-lompat diantara lesung padi yang dhentakkan sesuai dengan irama.
Leleng
Sampai di penguhujung acara. Ini yang saya tunggu-tunggu, para penonton dipersilahkan menari bersama untuk tarian penutup, dan dipandu dengan lagu Leleng. Yap, Leleng kalau kalian fans ERK, lagu ini ada pada segmen terakhir kuning. Tak terasa waktu berlalu tepat pukul empat sore acara ditutup. Tapi kami menyempatkan waktu untuk mengambil kenang-kenangan dahulu apalagi kalau bukan foto. Anyway kalau kalian ingin foto bersama para penari pihak panitia menyediakan kupon yang nantinya dapat digunakan untuk foto dengan para penari maupun masyarakat sekitar. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat showcase pun usai dan kami segera kembali ke Balikpapan sebelum gelap melanda Bukit Suharto.